Langsung ke konten utama

Kisah Dibalik Bacaan Tahiyat Sholat

 Syaiful Waliyadin – 5 Januari 2022

Assalamuaaikum Warahmatullah Wabarokatuh

Ditulisan kali ini, saya ingin berbagi sedikit pengetahuan mengenai bacaan tahiyat dalam tasyahud sholat yang mana hal ini juga baru saya ketahui belum lama ini, setelah membaca salah satu buku yang ditulis oleh Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al Bujairimi al Syafii atau lebih dikenal dengan nama Imam Bujairimi. Buku ini berjudul Hasyiyah Bujairimi ‘Ala Al-Khatib yan terdiri dari 5 jilid. Nah, kisah dibalik bacaan tahiyat sholat ini terdapat dalam jilid ke 4, tepatnya di Kitab Sholat.

أن النّبي ﷺ ليلة الإسراء لمّا جاوز سدرة المنتهى غشيته سحابة من نور فيها من الألوان ما شاء الله, فوقف جبريل ولم يسر معه فقال له النبي "(أَتَتْرُكُنِي أَسِيْرُ مُنْفَرِداً)" فقال جبريل "(وَمَا مِنَّا إِلاَّلَهُ مَاقَمٌ مَعْلوْمٌ : الصفات, 164)". فقال "(سِرْ مَعِيَ وَلَوْ خَطْوَةً)" فسار معه خطوة فكاد أن يحترق من النّور والجلال والهيبة وصغر وذاب حتى صار قدر العصفور, فأشار على النبي ﷺ بأن يسلم على ربه إذا وصل مكان الخطاب, فلما وصل النبي إليه قال "(التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ)". فقال الله تعالى "(السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ)". فحب النبيّ أن يكون لعباد الله الصالحين نصيب من هذا المقام فقال "(السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ)" فقال جميع أهل السماوات "(أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهُ)"                                                                                                    

Bahwasanya ketika Nabi Muhammad melakukan perjalanan bersama malaikat Jibril dimalam isra’ mi’raj, saat telah melewati sidratul muntaha, malaikat Jibril berhenti dan tidak ingin melanjutkan perjalanan menuju arsy bersama Nabi, padahal mulai dari perjalanan awal jibril selalu menyertai Nabi. Namun setelah sampai di sidratul muntaha, Jibril berhenti. Maka Nabi berkata kepada Jibril “apakah kamu meninggalkanku dan aku melanjutkan perjalalananku sendiri?” maka Jibril pun berkata yang perkataannya ini diabadikan dalam surah As-Shoffaat ayat 164 yang berbunyi :

وَمَا مِنَّا إِلاَّلَهُ مَاقَمٌ مَعْلوْمٌ

"Dan tidak satupun diantara kami (malaikat) melainkan masing-masing mempunyai kedudukan tertentu."

Bahwasanya pada saat itu jibril tidak bermaksud untuk meninggalkan Nabi dan melanjutkan perjalanannya sendiri, namun saat sudah sampai di sidratul muntaha, disitulah tempat paling maksimal yang bisa dikunjungi oleh jibril, lebih dari itu, maka itu sudah bukan wilayah yang bisa dilewati oleh malaikat Jibril. Hal ini berkaitan dengan surah As-Shoffat ayat 164 tadi, bahwasanya sekelas malaikat pun memiliki batasan kedudukan yang tidak bisa diabaikan.

Kemudian nabi mengajuan tawar menawar kepada jibril seraya berkata “berjalanlah bersamaku walau hanya selangkah“. Karena hormatnya jibril kepada nabi, Maka jibril berjalan selangkah bersama nabi, kemudian disebabkan keagungan, wibawa dan cahaya Allah Subhanahu Wata’ala maka Jibril pun terbakar hingga menjadi kecil seolah-olah meleleh bagaikan seekor burung yang kedinginan. Hal ini bisa terjadi karena Jibril telah melanggar batasan yang telah ditetapkan untuk tidak melewati sidratul muntaha meski hanya selangkah. Karena malaikat Jibril sudah tidak sanggup untuk melanjutkan perjalanan, maka malaikat Jibril mempersilahkan Nabi untuk melanjutkan perjalanannya sendiri dan mengisyaratkan kepada Nabi apabila telah sampai ditempat tujuan (dihadapan Allah Subhanahu Wata’ala) untuk memberikan salam.

Setibanya Nabi di tempat tujuan, maka Nabi melaksanakan apa yang telah diisyaratkan oleh malaikat Jibril yakni dengan mengucapkan salam

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ

“Segala kehormatan, keberkahan, rahmat dan keselamatan, serta kebaikan hanyalah milik Allah”.

Dan kemudian Allah Subhanahu Wata’ala  menjawab :

السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Keselamatan, rahmat dan berkah dari Allah semoga tetap tercurah atasmu, wahai Nabi [Muhammad]

Ketika Allah Subhanahu Wata’ala  telah menjawab salam dari Nabi, Nabi Muhammad sangat ingin agar jangan beliau saja yang mendapat keselamatan, Nabi ingin umatnya juga mendapat keselamatan dari Allah Subhanahu Wata’ala. Hal ini membuktikan betapa besar kasih sayang Nabi kepada umatnya. Kemudian Nabi menjawab :

السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

Keselamatan, rahmat dan berkah dari Allah semoga juga tercurah atas kami, dan juga atas seluruh hamba Allah yang sholeh “.

Karena Nabi Muhammad berempati, bersimpati dan recpect kepada umatnya dan seluruh yang ada di alam raya ini, maka seluruh penduduk langit yang mendengar percakapan itu bersaksi :

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهُ

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Jadi begitulah kisah yang ada dibalik bacaan tasyahud yang sering dibaca oleh umat Islam ketika melaksanakan sholat. Bahwasanya bacaan tasyahud terdiri dari beberapa klausul yang dijadikan satu, yakni Ucapan salam Nabi Muhammad kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan umatnya, kemudian salam Allah kepada Nabi, dan kesaksian seluruh penduduk langit.

Semoga dengan mengetahui kisah dibalik bacaan tahiyat dalam tasyahud sholat, kita dapat melaksanakan sholat dengan lebih khusyu’ lagi, karena dengan mengetahui makna dalam setiap bacaan insyaAllah bisa menjadikan kita fokus didalam melaksanakan sholat. Kemudian semoga hal ini bisa meningkatkan keimanan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan menambah rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad . Aamiin ya Rabbal alamiin.

Semoga bermanfaat.

Wasalam

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nilai Untuk Mahasiswa

Tanda2 akhir jaman kali ya, ada mahasiswa protes pada sy gara2 sy kasih nilai C. Protes krna merasa selalu masuk, selalumengumpulkan tugas, dan ikut ujian. Bagi dosen, memberi nilai A atau B itu gampang, tapi nantinya akan jadi beban jika ternyata kemampuan mahasiswa nggak singkron antara nilai di atas kertas dg keilmuannya. Bagaimana kita mempertanggungjawabkan nilai2 yg begitu bombastis dg keahlian saat memasuki dunia kerja. Ada teman sy yg suka memberi nilai A, semua mahasiswa yg ikut mata kuliahnya diberi nilai A. Dia menjelaskan ke mahasiswanya bahwa nilai A itu biar jadi beban moral setelah lulus nanti. Dengan nilai bagus, mahasiswa harus mengupgrade skillnya supaya sesuai dg nilai di atas kertas. Jadi, pemberian nilai A bagi teman sy bukan karena penghargaan, tapi sebagai pecutan bagi mahasiswa; nilaimu sebagus itu kamu bisa apa? Beda dosen beda kebijakan. Sy nggak bisa memberi nilai seragam, harus ada bedanya antara mahasiswa cerdas, kreatif, dan rajin, dengan ma...

Perbedaan Anak Kuliah Generasi Sekarang dan Generasi Sebelum Sekarang

Based on true story. Perbedaan kebanyakan generasi anak kuliahan jaman sekarang dengan kebanyakan generasi anak kuliahan jamanku : Situasi 1: Habis pengumuman nilai ujian Generasi sekarang (GS) : sibuk nelponin dosen utk protes. Klo perlu, minta tolong ke ortunya juga utk nelponin atau ndatengin dosen yg bersangkutan ke kampus krn udah ngasi nilai yg tidak memuaskan (padahal wis jelas, nilainya jelek krn si anak jarang masuk atau hasil tugasnya mmg gak bermutu). Generasiku (GQ) : menerima nilai dengan legowo krn menyadari kekurangan dan kelebihannya. Yg nilainya bagus, seneng. Yg nilainya jelek, nyengir jaran trus berjanji utk bisa lbh baik semester depan. Situasi 2 : Mau bikin janji dengan dosen utk asistensi GS : Hubungi via WA dengan bahasa komunikasi yg bikin dosen yg baca pingin mbanting HPnya. "Pak, Bapak dimana? Besok bisa ketemu nggak, Pak?" Dosen menjawab, "Saya bisa jam 1." "Lho klo jam 1 aku nggak bisa, Pak. Aku ada kuliah. Gini aja...

Tiga Hal yang Dicintai dari Dunia

 Oleh : Syaiful Waliyadin جلس رسول الله صلى الله عليه وسلم مع أصحابه رضي الله عنهم وسألهم مبتدئًا بأبي بكر الصديق: ماذا تحب من الدنيا؟ فقال أبو بكر رضي الله عنه: أحب من الدنيا ثلاثًا: الجلوس بين يديك، والنظر إليك، وإنفاق مالي عليك. وأنت يا عمر؟ قال عمر: أحب ثلاثًا: أمر بالمعروف ولو كان سرًّا، ونهي عن المنكر ولو كان جهرًا، وقول الحق ولو كان مرًّا. وأنت يا عثمان؟ قال عثمان: أحب ثلاثًا: إطعام الطعام، وإفشاء السلام، والصَّلاة بالليل والناس نيام. وأنت يا علي؟ قال علي: أحب ثلاثًا: إكرام الضيف، والصوم بالصيف، وضرب العدوِّ بالسيف، ثم سأل أبا ذر الغفاري: وأنت يا أبا ذر: ماذا تحب في الدنيا؟ قال أبو ذر: أحب في الدنيا ثلاثًا: الجوع، والمرض، والموت، فقال له ذاكرًا صلى الله عليه وسلم: ولم؟ فقال أبو ذر: أحبُّ الجوع؛ ليرقَّ قلبي، وأحب المرض؛ ليخف ذنبي، وأحب الموت؛ لألقى ربي، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: حُبِّب إلى من دنياكم ثلاث: الطِّيب، والنساء، وجُعلت قرة عيني في الصلاة، وحينئذ تنزل جبريل عليه السلام وأقرأهم السلام وقال: وأنا أحب من دنياكم ثلاثًا: تبليغ الرسالة؛ وأداء الأمانة؛ وحب المساكين؛ ث...