Langsung ke konten utama

Yang lebih parah daripada telat rapat

"Yes, akhirnya aku datang rapat nggak terlambat!" Celetuk seorang adik tingkat di sekitaran fakultasku tercinta.

Mungkin terdengar biasa saja, sudah wajar kan kita bahagia? Kalau ada hal-hal luar biasa yang berhasil kita raih?

Entah datang kumpul paling pertama, sukses besar mengadakan acara, sampai mendapat nilai ujian sempurna. Semuanya menyenangkan dan mencipta bahagia. Entah karena bangga, atau puas karena bisa memenuhi ekspektasi teman-temannya.

Yah, namanya juga manusia. Senang kalau bisa dihargai yang lainnya, atau saat dipuji karena apa yang dilakukannya. Mereka mengejar hal itu semua, supaya bisa diakui oleh sesamanya.

Ah, rasanya tidak ada yang aneh disana.

Namun, kenapa aku tidak temukan kebanggaan itu. Puji dan apresiasi itu tidak diperjuangkan, kalau sudah berurusan dengan Allah?

Berapa banyak dari manusia, yang senang dan bangga ketika bisa shalat berjamaah tepat waktu bersama?

Berapa banyak, yang ingin dipuji oleh Allah karena berhasil jatuh cinta pada kalamNya?

Berapa banyak, yang supaya dihargai Allah, mencurahkan waktu bangun untuk tahajud setiap malamnya?

Kenapa manusia tidak lantas lebih bangga dan bahagia karena hal-hal demikian? Apakah pengakuan dan pujian manusia yang ia kejar, mengalahkan balasan Allah yang niscaya jauh lebih besar?

Kenapa manusia mencari balasan dari manusia dengan usaha yang lebih nyata? Padahal sudah jelas hanya Allah yang dapat membalas kebaikan dengan tidak fana.

Bukankah cara pikir kita salah?

Mungkin kita berhak bangga saat kita datang rapat tepat waktu. Tapi lebih banggalah saat shalat berjamaah tidak terlambat.

Mungkin kita berhak bahagia, saat mensukseskan sebuah acara baru. Tapi lebih bahagialah ketika nasib tilawah dan hafalanmu selamat.

Mungkin kita berhak senang, saat mendapat nilai sempurna. Tapi lebih senanglah jikalau perilaku seorang muslimmu tidak cacat.

Mungkin memang balasannya tidak instan, tidak seperti pujian manusia yang langsung kita dapatkan.

Tapi bukankah perjuangan dalam kesabaran itu, yang membuat balasan Allah menjadi sebaik-baik balasan?

Jadi, sudah paham, apakah yang lebih menyakitkan daripada telat datang rapat?

Kos Melon
13 Muharram 1441 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nilai Untuk Mahasiswa

Tanda2 akhir jaman kali ya, ada mahasiswa protes pada sy gara2 sy kasih nilai C. Protes krna merasa selalu masuk, selalumengumpulkan tugas, dan ikut ujian. Bagi dosen, memberi nilai A atau B itu gampang, tapi nantinya akan jadi beban jika ternyata kemampuan mahasiswa nggak singkron antara nilai di atas kertas dg keilmuannya. Bagaimana kita mempertanggungjawabkan nilai2 yg begitu bombastis dg keahlian saat memasuki dunia kerja. Ada teman sy yg suka memberi nilai A, semua mahasiswa yg ikut mata kuliahnya diberi nilai A. Dia menjelaskan ke mahasiswanya bahwa nilai A itu biar jadi beban moral setelah lulus nanti. Dengan nilai bagus, mahasiswa harus mengupgrade skillnya supaya sesuai dg nilai di atas kertas. Jadi, pemberian nilai A bagi teman sy bukan karena penghargaan, tapi sebagai pecutan bagi mahasiswa; nilaimu sebagus itu kamu bisa apa? Beda dosen beda kebijakan. Sy nggak bisa memberi nilai seragam, harus ada bedanya antara mahasiswa cerdas, kreatif, dan rajin, dengan ma...

Perbedaan Anak Kuliah Generasi Sekarang dan Generasi Sebelum Sekarang

Based on true story. Perbedaan kebanyakan generasi anak kuliahan jaman sekarang dengan kebanyakan generasi anak kuliahan jamanku : Situasi 1: Habis pengumuman nilai ujian Generasi sekarang (GS) : sibuk nelponin dosen utk protes. Klo perlu, minta tolong ke ortunya juga utk nelponin atau ndatengin dosen yg bersangkutan ke kampus krn udah ngasi nilai yg tidak memuaskan (padahal wis jelas, nilainya jelek krn si anak jarang masuk atau hasil tugasnya mmg gak bermutu). Generasiku (GQ) : menerima nilai dengan legowo krn menyadari kekurangan dan kelebihannya. Yg nilainya bagus, seneng. Yg nilainya jelek, nyengir jaran trus berjanji utk bisa lbh baik semester depan. Situasi 2 : Mau bikin janji dengan dosen utk asistensi GS : Hubungi via WA dengan bahasa komunikasi yg bikin dosen yg baca pingin mbanting HPnya. "Pak, Bapak dimana? Besok bisa ketemu nggak, Pak?" Dosen menjawab, "Saya bisa jam 1." "Lho klo jam 1 aku nggak bisa, Pak. Aku ada kuliah. Gini aja...

Tiga Hal yang Dicintai dari Dunia

 Oleh : Syaiful Waliyadin جلس رسول الله صلى الله عليه وسلم مع أصحابه رضي الله عنهم وسألهم مبتدئًا بأبي بكر الصديق: ماذا تحب من الدنيا؟ فقال أبو بكر رضي الله عنه: أحب من الدنيا ثلاثًا: الجلوس بين يديك، والنظر إليك، وإنفاق مالي عليك. وأنت يا عمر؟ قال عمر: أحب ثلاثًا: أمر بالمعروف ولو كان سرًّا، ونهي عن المنكر ولو كان جهرًا، وقول الحق ولو كان مرًّا. وأنت يا عثمان؟ قال عثمان: أحب ثلاثًا: إطعام الطعام، وإفشاء السلام، والصَّلاة بالليل والناس نيام. وأنت يا علي؟ قال علي: أحب ثلاثًا: إكرام الضيف، والصوم بالصيف، وضرب العدوِّ بالسيف، ثم سأل أبا ذر الغفاري: وأنت يا أبا ذر: ماذا تحب في الدنيا؟ قال أبو ذر: أحب في الدنيا ثلاثًا: الجوع، والمرض، والموت، فقال له ذاكرًا صلى الله عليه وسلم: ولم؟ فقال أبو ذر: أحبُّ الجوع؛ ليرقَّ قلبي، وأحب المرض؛ ليخف ذنبي، وأحب الموت؛ لألقى ربي، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: حُبِّب إلى من دنياكم ثلاث: الطِّيب، والنساء، وجُعلت قرة عيني في الصلاة، وحينئذ تنزل جبريل عليه السلام وأقرأهم السلام وقال: وأنا أحب من دنياكم ثلاثًا: تبليغ الرسالة؛ وأداء الأمانة؛ وحب المساكين؛ ث...